Gereja Impianku
Apakah ini juga Gereja impian kita ?
Akhir-akhir ini ditengah liburan yang cukup panjang aku kembali mengambil kesempatan untuk merenung dan berdiskusi dengan diriku sendiri dan Tuhanku. Aku juga coba untuk mendiskusikan bahan renungan ini dengan beberapa teman dan tanggapan temanku juga beragam. Ada yang merasa impian ini terlalu tinggi tapi ada yang menganggap ini sebagai keharusan untuk dimiliki semua gereja di masa depan.
Bahan renungan aku adalah : GEREJA seperti apa yang harus kita miliki di masa depan untuk menjadi tempat ibadah kita, rumah pertemuan kita dengan TUHAN dan teman seiman kita dan fungsi lainnya. Saat ini Gereja sangat banyak tidak hanya dari yang berbeda aliran tapi yang satu sinode saja seperti GKI di sepanjang jalan alternatif dari Mc Donald sampai Mekarsari paling tidak sudah ada 3 GKI. Baik yang berupa Pos maupun Geraja penuh seperti gereja kita GKI Kranggan. Kalau dari aliranyang berbeda sepengetahuan saya sudah ada lebih dari 20 gereja baik itu GPdI, GKI, GPIB, GBI, GTI, HKBP, Katalik, Oikomene dll. Itu baru sepanjang jalan yang tidak lebih dari 10 km panjangnya.
Banyaknya jumlah Gereja di suatu tempat , tidaklah mengherankan kalau membuat Gereja saat ini semakin susah karena Gereja makin banyak. Tapi di sisi lain memang jumlah jemaatnya banyak dan kita juga mengalami ruang gereja kita menjadi terlalu kecil untuk menampung jemaat sehingga kita perlu mencari lahan yang lebih besar dan membuat gereja yang lebih mampu menampung jemaat kita.
Di tengah renungan pribadi, saya mencoba bertanya seandainya saja ada Gereja yang bisa menjadi simulasi kondisi Surga di tengah dunia. Pasti gereja semacam ini akan didatangi banyak teman seiman dan diberi ijin dengan mudah. Di gereja semacam ini ada kebiasan yang hidup di jemaat mula-mula seperti yang tertulis di Alkitab. Ada KASIH yang sejati yang hidup di tenagh jemaat dan memancar ke masyarakat sekitar. Hal ini terlihat dengan kebiasan berbagi yang membuat semua jemaat mula-mula bisa berkembang dengan cepat dan menjadi lilin di tengah dunia yang gelap.
Saya coba merenung lebih dalam lagi gereja semacam itu bentuk realnya di masa sekarang ini. Apa ada contoh Gereja seperti itu di Indonesia atau di dunia. Dari bahan renungan saya ada dua contoh gereja yang mendekati yaitu gerejanya Romo Mangun di Jogya dan Gerejanya Bunda Theresa di India. Gereja yang diterima oleh semua masyarakat di sekitarnya tidak peduli latar belakang agamanya dan disayang oleh jemaatnya. Walau masih ada kelemahannya dimana gereja ini tidak bisa menjadi wadah bagi jemaat dari kalangan berada untuk datang dan bersatu dengan jemaat dari kalangan tidak punya untuk beribadah di tempat yang sama. Kalangan berada memang menyumbang tapi tidak menjadi satu bagian. Tapi minimal untuk jemaatnya gereja ini menjadi rumah, menjadi tempat mereka menjaga harapan dan imannya.
Saat ini GKI kranggan sedang dalam proses untuk mencari lahan dan mendirikan gereja baru untuk kita beribadah. Saya berdiskusi dengan diri saya sendiri, seandainya saja ada teman-teman yang bermimpi untuk membuat gereja dengan konsep seperti di atas. Dimana ada gedung gereja yang bisa menampung jemaat dari kalangan berpunya dan tidak berpunya duduk dan menyembah sama rendah di depan TUHAN. Ada jemaat yang komit untuk memberikan perpuluhan yang memang menjadi hak TUHAN sehingga di rumah Tuhan tidak pernah kekurangan. Disamping itu penggunaan perpuluhan juga terlihat jelas manfaatnya sehingga jemaat senang memberikan semua kewajiban perpuluhannya di gereja saja. Penggunaan perpuluhan yang saya renungkan adalah pertama untuk menjalankan roda aktifitas gereja yang rutin (gaji pekerja, biaya listrik, biaya telpon dll), ada sekolah di gereja yang bisa memberikan pendidikan gratis untuk semua anak yang tidak mampu dan ada kualitas yang baik sehingga anak dari keluarga mampu juga mau bersekolah di situ dan membayar, ada lembaga kursus keahlian yang bisa membekali jemaat dan masyarakat sekitar dengan ketrampilan (bahasa, komputer, mesin, elektronik dll) yang mereka butuhkan untuk mendapatkan kesempatak kerja, serta kursus-kursus singkat seputar pemahaman alkitab serta ketrampilan mengajar dan berceramah, ada perpustakaan lengkap yang bisa dinikmati oleh semua orang, ada poliklinik yang memungkinkan semua orang sakit untuk berobat dengan murah dan bahkan gratis dengan tetap mengutamakan mutu dan lebih sempurna jika ada Panti asuhan dan Panti jompo-nya. Semua pelayanan gereja tadi baik itu untuk sekolah dan kesehatan harus bisa juga dinikmati lingkungan sekitar tanpa harus memandang latar belakang agamanya. Lalu saya bertanya apakah mungkin perpuluhan jemaat cukup untuk itu semua ? Imaginasi saya melayang ke gereja Ibu Theresa yang bisa membantu banyak orang miskin walau jemaatnya tidak ada yang berpunya. Saya yakin TUHAN akan mencukupkan dan membuka hati banyak anak TUHAN. Bagaimana pula dengan pekerjanya jika lingkup pekerjaannya begitu besar. Pertanyaan ini juga terjawab dengan mengingat pengalaman masa muda saya masa di awal saya menerima TUHAN YESUS sebagai TUHAN dan juruslamat pribadi saya, masa dimana saya masih kelas 3 SMP, ketika itu semua hidup sya berubah dan saya melihat semua menjadi mungkin dan ada gairah yang menyala untuk selalu melayani TUHAN. Gairah yang terus hidup sampai sekarang, walau manisfestasinya berubah dari berada di gereja menjadi melayani dalam arti yang lebih luas seiring bertambahnya usia. Saya yakin semangat yang sama pasti ada juga di hati semua jemaat yang merasa sudah dilahirkan kembali . Semangat yang tidak bisa dibendung dan menjadi bukti kecintaan seorang anak TUHAN kepada TUHAN yang sudah menyelamatkannya. Dengan jumlah jemaat yang ada saat ini dan pasti lebih banyak dari jumlah rasul Yesus yang Cuma 12, bersama Tuhan Yesus yang sekarang hidup di hati kita dan menyertai , kita pasti bisa membuat perkara yang lebih besar. Jemaat hanya perlu melayani di bidang yang dia kuasai dan sukai atau yang Tuhan gerakkan di hatinya. Semua jemaat ambil bagian, yang bertalenta mengajar akan mengajar di sekolah, yang punya latar belakang medis akan membantu di poliklinik, yang punya keahlian akan mengajar kursus, yang punya dasar sekolah Alkitab akan membagikan ilmunya, yang punya latar belakang psikolog akan dengan senang hati membantu konseling jemaat yang punya masalah, yang diberkati akan menyalurkan berkatnya untuk menopang biaya gereja dan pelayanannya dll dll. Semua ambil bagian dan semua terlibat, baik berupa tenaga maupun dana. Semua dengan tujuan yang sama melayani Tuhan dan sesama sebagai bukti kecintaan pada Tuhan dan sesama yang merupakan inti ajaran TUHAN YESUS yang tertulis di Alkitab. Semua bisa lebih mudah jika semua terlibat.
Saya rasa jika gereja dari awal berdirinya bukan hanya menjadi tempat ibadah yang bisa dinikmati oleh orang kristen saja tapi juga bisa memberi manfaat untuk lingkungan sekitar gereja pada khusunya dan bangsa serta negara pada umumnya, pastilah gereja itu mungkin akan lebih mudah mengurus ijinnya dan mencari dananya. Kalau saja gereja yang lengkap itu adalah gereja GKI kranggan kita dan itu menjadi cikal bakal bentuk semua gereja GKI di Indonesia dan juga akhirnya menjadi bentuk baku semua gereja di indonesia saya yakin gereja akan memebri sumbangan nyata bagi negara ini. Saya yakin anak jalanan akan hilang karena mereka punya kesempatan sekolah lagi atau minimal mengikuti kursus ketrampilan sesuai dengan minat dan kemapuan mereka.
Jemaat gereja juga bisa hidup dengan lebih tenang karena jika saja sekarang mereka yang sedang diberkati TUHAN sewaktu-waktu dipanggil TUHAN maka anak-nya akan bisa tetap sekolah di sekolah yang bagus, keluarganya tetap bisa mendapat layanan kesehatan yang baik dll. Iman kita yang mengajarkan bahwa kita tidak usah kawatir akan apapun juga dan percaya TUHAN menjaga semua anak TUHAN , terlihat dengan jelas dan nyata dalam bentuk kehadiran gereja kita..
Och seandainya gereja semacam itu adalah gereja kita ? Tuhan Yesus apakah mimpiku ini hanya kayalanku atau memang gereja seperti itu yang kau kehendaki ada di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar